Berikutnya, proyek gasifikasi batubara dalam bentuk coal to methanol yang akan dikerjakan oleh PT KPC. “Ke depan, bukannya tidak mungkin produk-produk pupuk dari batubara, yang mana di negara China ini sudah dilakukan,” sambungnya.
Ketiga, pembuatan briket. Menurut Arifin, PTBA akan melakukan penambahan pabrik briket pada tahun 2026 dan 2028 dengan kapasitas 20.000 ton per tahun.
Keempat, cokes making. Arifin bilang, PT Megah Energi Khatulistiwa (MEK) menargetkan penambahan dua fasilitas cokes making pada tahun 2026 dan 2028 dengan kapasitas sekitar 1 juta ton.
Adapun, saat ini terdapat enam pabrik pengolahan hilirisasi batubara yang eksisting. Pertama, pengolahan briket PT Thriveni di Banyuasin, Sumatra Selatan (Sumsel) dengan produk 79.000-85.000 ton per tahun. Kedua, pabrik pengolahan briket PTBA di Tanjung Enim, Sumsel dengan produksi 10.000-20.000 ton per tahun.
Ketiga, pabrik pengolahan briket PTBA di Tarahan, Lampung dengan produk 7.000 ton per tahun. Keempat, PT ZJG Resources Technology yang memproduksi 100.000 ton briket per tahun di Kalimantan Utara. Kelima, semi coking coal plant (semi kokas) PT MEK di Kalimantan Utara. Keenam, semi kokas PT Prima Coal Chemical di Kalimantan Tengah. (Sumber Berita :KONTAN.CO.ID )